Part 2 : Al Masih Ad Dajjal

Ad Dajjal adalah makhluk atau ‘wujud’. Dajjal diciptakan oleh Allah Subhanahu wata’ala dengan segala kebijaksanaan-Nya. Allah telah menciptakan dan memberikan karunia-Nya kepada Dajjal berupa kuasa (kekuatan) yang menakjubkan. Dajjal diciptakan di masa yang sama dengan masa ketika Nabi Adam ‘alaihis salam diciptakan, karena Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda bahwasanya: 

Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada wujud manusia sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang lebih besar dari dajjal.” (Shahih Muslim, 5239)

Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah saw berdiri di tengah-tengah sahabat lantas memuji Allah dengan pujian selayaknya bagi-Nya, kemudian beliau menyebut-nyebut dajjal dan mengatakan; “Sungguh saya mengingatkan kalian tentang dajjal, dan tidak ada seorang pun Nabi melainkan telah mengingatkan kaumnya tentang dajjal, … (Shahih Bukhari, 6594)

Ini berarti Dajjal telah lama diciptakan dan di akhir zaman dia akan dilepaskan ke dunia dimana ia memiliki tugas/ misi yang bersifat umum dan tugas yang bersifat spesifik. Tugas umum Dajjal adalah untuk menguji keimanan semua manusia, apakah mereka memiliki keyakinan dan ketakwaan sebenarbenarnya kepada Allah semata atau tidak sama sekali. Mereka yang gagal dalam ujian tersebut akan menuju ke arah api neraka jahannam. Ujian yang dimiliki Dajjal adalah ujian yang paling tersulit sepanjang sejarah peradaban manusia. Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah menyampaikan peringatannya dalam sabdanya:

Dalam Sunan Ibnu Majah, Shahih ibn Khuzaimah, dan Mustadrak al-Hakim diriwayatkan dari Abu Umamah bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Hai sekalian manusia, sesungguhnya sejak Allah memperbanyak keturunan Adam tak ada di muka bumi fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal. Dan Allah Azza wa Jalla tidak mengutus seorang nabi kecuali ia memperingatkan kaumnya dari (bahaya) Dajjal. Aku adalah nabi terakhir, dan kalian adalah umat terakhir. Ia (Dajjal) pasti akan muncul di tengah-tengah kalian,” (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, VI, h. 273, no. 7752.)

Ini adalah satu peringatan keras dari beliau kepada umatnya. Dan oleh karena itu semestinya kita selaku umat akhir zaman, umat Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam pantang atau tidak boleh sama sekali memandang remeh, memandang sebelah mata tentang subjek ini.
Dajjal tidak hanya diciptakan untuk menguji seluruh manusia, tapi dia juga diciptakan untuk tujuan khusus, yakni menyamar sebagai Al Masih Putra Maryam agar Bani Israel meyakini bahwa dia lah Al Masih yang dijanjikan. Dan Dajjal akan meyakinkan Bani Israel bahwa dia adalah Al Masih dengan cara:

    Dia harus membebaskan Tanah Suci (Yerusalem) dari kekuasaan Bangsa non-Yahudi
    Dia harus membawa kembali Bani Israel ke Tanah Suci (Yerusalem)
    Dia harus mendirikan kembali Negara Israel sebagaimana yang didirikan oleh Nabi Sulaiman as
    Dia harus membuat Negara Israel menjadi negara Superpower (One World Government) sebagaimana ketika zaman Nabi Sulaiman as, dan dia harus menjadi pemimpinnya ketika muncul ke dunia kita (Khuruj) dan mengaku sebagai Al Masih.

Rasulullah saw menyampaikan secara tidak langsung kepada Umar ra dan para sahabatnya bahwa Al Masih ad Dajjal telah dilepaskan dari belenggunya sebagaimana yang disampaikan oleh Tamim ad Dari bahwa Dajjal diikat dengan sangat kuat. Dari hadits mengenai ibnu Sayyad:

Salim bin ‘Abdullah mengatakan Ibnu ‘Umar ra mengabarkan bahwa ‘Umar dan Rasulullah saw berangkat bersama rombongan untuk menemui ibnu Shayyad hingga akhirnya mereka mendapatinya sedang bermain bersama anak-anak yang lain di bangunan yang tinggi milik Bani Magholah. Ibnu Shayyad sudah mendekati baligh dan dia tidak menyadari (kedatangan Rasulullah saw) hingga akhirnya Rasulullah menepuk punggungnya dengan tangan Beliau kemudian berkata kepada ibnu shayyad: “Apakah kamu bersaksi bahwa aku ini utusan Allah?”. Maka ibnu shayyad memandang beliau lalu berkata: “Aku bersaksi bahwa kamu utusan kaum ummiyyin (kaum yang tidak pandai baca tulis)”. Kemudian ibnu shayyad berkata kepada Rasulullah saw:”Apakah kamu juga bersaksi bahwa aku ini utusan Allah ?”. Maka Beliau menolaknya dan berkata, “Aku beriman kepada Allah dan Rasul-rasulNya”. Kemudian Beliau berkata: “Bagaimana pendapatmu”. Berkata, binu shayyad: “Karena telah datang kepadaku orang yang jujur dan pendusta”. Maka Rasulullah saw bersabda:”Urusanmu kacau balau”. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku menyembunyikan suatu hal darimu, coba kamu tebak”. Ibnu shayyad berkata: “Itu adalah asap”. Beliau bersabda: “Hinalah kamu, dan kamu tidak akan melebihi kemampuanmu”. Lalu ‘Umar bin Al Khattab ra berkata: “Wahai Rasulullah, biarkanlah aku perngal leher orang ini!”. Maka beliau bersabda: “Jika dia benar, kamu tidak akan berkuasa atasnya dan bila dia tidak benar maka tidak ada kebaikan buatmu dengan membunuhnya”. Salim berkata, Aku mendengar ibnu ‘Umar ra berkata: “Setelah itu Nabi saw dan Ubay bin Ka’ab pergi menuju satu pohon kurma tempat ibnu shayyad sebelumnya berada sebelum dia melihat Beliau. Maka Nabi saw melihat ibnu shayyad sedang tertidur di balik baju tebalnya dengan mendengkur ringan. Dalam keadaan itu ibu dari ibnu shayyad melihat Rasulullah saw sedang duduk di bawah pohon kurma, maka ibunya berkata kepada ibnu shayyad: “Wahai Shaf (nama dari ibnu shayyad), ada Muhammad saw”. Akhirnya ibnu shayyad terjaga. Kemudian Nabi saw bersabda: “Seandainya ibunya membiarkannya, pasti jelaslah persoalannya (dajjal atau bukan)”. (Shahih Bukhari 2444, 1267, 2827, dan Shahih Muslim 5215, 5207)

Menurut para ulama, Ibnu Shayyad bukanlah Al Masih ad Dajjal, akan tetapi dia (Ibnu Shayyad) adalah pendusta, dia memiliki jin dan setan yang memberitahukan segala sesuatu kepadanya. Hadits berikut:

Abu Sai’d Al Khudri berkata: Aku menemani Ibnu Shayyad ke Mekkah, ia berkata padaku: Aku bertemu dengan sebagian orang, mereka mengiraku Dajjal. Bukankah kau pernah mendengar Rasulullah saw bersabda bahwa ia tidak punya anak ?. Aku menjawab: “Benar”. Ibnu Shayyad berkata: “Sedangkan aku punya anak. Dan bukankah kau pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Dajjal tidak bisa memasuki Madinah dan Mekkah”. Aku menjawab (Abu Sa’id): “Benar”. Ibnu Shayyad berkata: “Sementara aku dilahirkan di Madinah dan sekarang ini aku hendak ke Mekkah”. Lalu ibnu Sa’id mengatakan, setelah itu ia berkata kepada ku diakhir perkataannya: “Ingat, demi Allah aku mengetahui kelahiran, tempat dan di mana dia (Dajjal) berada. Abu Sa’id berkata: Ia mengacaukanku. (Shahih Muslim 5209)

Abu Sai’d Al Khudri berkata: Ibnu Shayyad berkata padaku, aku merasa menghargainya: Aku memaafkan orang-orang. “Apa urusan kalian denganku, wahai sahabat-sahabat Muhammad, bukankah Nabi Allah saw mengatakan bahwa ia (dajjal) adalah Yahudi, sementara aku telah masuk Islam”. Ia meneruskan: “Ia (dajjal) tidak punya anak, sementara aku punya”. Ia meneruskan: “Allah mengharamkannya (dajjal) Mekkah dan Madinah, sementara aku telah menunaikan haji”. Abu Sa’id berkata: Ia terus berbicara hingga perkataannya menarikku, ia berkata: “Ingat, demi Allah aku mengetahui ayah dan ibunya”. Abu Sa’id berkata: Ada yang berkata padanya: Apa kau suka bahwa kau adalah orang itu (dajjal)? Ia (ibnu Shayyad) menjawab: “Bila ia diperlihatkan padaku, aku tidak benci”. (Shahih Muslim 5210)

Sheikh Imran Hosein mengatakan bahwa berdasarkan hadits di atas, Dajjal telah dilepaskan sejak zaman Rasulullah saw, namun dia tidak berada dalam dimensi (ruang dan waktu) manusia, melainkan berada dalam dimensi yang lain atau dalam Al-Qur’an disebut samawat.
Rasulullah saw memberi kabar bahwa ketika dajjal dilepaskan, umat Kristen mengenalnya sebagai anti-Kristus, dia akan hidup selama 40 hari.

“Dari An Nawwas bin Sam’an Al Kilabi: …kami bertanya: “Rasulullah saw, berapa lama dia akan tinggal di bumi?” Beliau bersabda: “Selama 40 hari, sehari seperti setahun, sehari seperti sebulan, sehari seperti sepekan, dan sisa harinya akan sama dengan hari kalian…” (Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud) 

Ketika harinya sama dengan hari kita, itu artinya dia berada dalam dimensi ruang dan waktu yang sama dengan kita. Tetapi sebelum itu, dia tidak berada di dimensi ruang dan waktu yang sama dengan kita. Di mana dia saat itu ? dia berada di samawat (dimensi ruang dan waktu) yang berbeda. Dia akan berada di sekitar kita dalam keadaan yang sama seperti malaikat dan jin yang selalu berada di sekitar kita, namun mereka tidak di dunia kita (harinya tidak sama dengan hari kita) dan oleh karena itu kita tidak dapat melihatnya. Apakah Malaikat bisa datang dalam ruang dan dimensi waktu kita ? Iyaa bisa, ketika Jibril as mendatangi Nabi Muhammad saw di Masjid dalam wujud manusia, ketika masa-masa terakhir Nabi Muhammad saw.
Sebelum dilepas, dajjal sedang diikat dan dijaga oleh Malaikat Malik dalam dimensi ruang dan waktu (samawat) yang berbeda dengan kita. Seperti perjalanan Rasulullah saw dalam Isra’ Mi’raj, haditsnya sebagai berikut:

Ibnu ‘Abbas ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: “Pada malam diisra’kan, aku melihat Musa as, seorang yang berkulit sawo matang, berbadan tinggi dan rambutnya keriting bagaikan orang Syanu’ah. Dan aku melihat ‘Isa sebagai seorang yang berdada bidang, posturnya tegap atau kekar, kulitnya merah agak keputih-putihan sedangkan rambutnya ikal. Aku juga melihat Malik, malaikat penunggu neraka dan dajjal. Semuanya Allah perlihatkan kepadaku sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya, [Maka janganlah kamu (Muhammad) berada dalam keraguan untuk menjupainya (menerima Al-Qur’an)] Q.S As Sajda, 32:23” (Shahih Bukhari, 3000)

Namun, ketika “sehari seperti setahun”, di manakah dia berada ?. Ketika ikatannya dilepas, dan memulai misinya dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda dengan kita (sehari seperti setahun), dia akan memulai misinya dari sebuah lokasi. Dimana ? Jawabannya ada dalam hadits Shahih Muslim.

Fathimah binti Qais berkata, aku mendengar penyeru Rasulullah saw menyerukan shalat jamaah. Aku keluar ke masjid lalu shalat bersama Rasulullah saw. Aku shalat di shaff para wanita dibelakang kaum laki-laki. Ketika shalat sudah selesai, Rasulullah saw duduk diatas mimbar sambil tersenyum beliau bersabda,”Hendaklah setiap orang tetap berada di tempatnya.” Setelah itu beliau bertanya: “Tahukah kalian, kenapa aku mengumpulkan kalian ?” mereka menjawab: Allah dan rasulNya lebih tahu. Beliau bersabda:”Demi Allah sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad Dari (pemuda Palestina) yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasranai kini telah memeluk islam dan membaiatku. Ia telah berkata kepadaku dengan suatu perkataan yang pernah aku katakan kepada kalian tentang al Masih ad-Dajjal.” Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut (di laut Mediterranean) bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak (badai) selama satu bulan. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau ditengah laut didaerah tempat terbenamnya matahari, Lalu mereka duduk (istirahat) di suatu tempat yang terletak sangat dekat dengan kapal. Setelah itu mereka masuk kedalam pulau tersebut lalu mereka bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat sehingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak. Mereka berkata,”Celaka, dari jenis apakah kamu ini.” Ia menjawab,”Aku adalah al jassasah (mata-mata). Mereka bertanya,”Apakah al jassasah itu? (tanpa menjawab) ia berkata,”Wahai orang-orang pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita dari kalian!”
Tamim ad Dari berkata,”Ketika ia telah menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun terkejut karena kami mengira bahwa ia adalah setan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki biara tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang pernah kami lihat) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundaknya serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi.
Kami berkata,”Celaka, siapakah kamu ini?’ ia menjawab,”Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan kabar-kabar kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?’ Mereka menjawab,”Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang lalu kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan dan teradamparlah kami di pulau ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal kemudian kami masuk pulau ini maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya. Maka kami berkata, ’Celaka, apakah kamu ini?’ ia menjawab,”Aku adalah al jassasah.’ (Tanpa menjawab) ia berkata,”Pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita yang kalian bawa! Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa kamu ini adalah setan.”
Ia (laki-laki besar yang terikat itu) berkata,”Beritakanlah kepadaku tentang pohon-pohon korma yang ada di daerah Baisan?” Kami berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?” Ia berkata,”Saya menanyakan pakah pohon-pohon korma itu berbuah?’ Kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’Adapun pohon-pohon korma itu maka ia (sebentar lagi) hampir saja tidak akan berbuah lagi.’  
Kemudian ia berkata lagi,”Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia (Danau Galilee).” Mereka berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya? Ia bertanya,”Apakah ia tetap berair?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’adapun airnya, maka ia (sebentar lagi) hampir saja akan habis.’
Kemudian ia berkata lagi,’Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar.’ Mereka menjawab,’Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’ Ia bertanya,”Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?’ Kami menjawab,’benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu.’
Lalu ia berkata lagi,’Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi (Nabi non-Yahudi), apa sajakah yang sudah ia perbuat?’ Mereka menjawab,’Dia telah keluar dari Mekah menuju Madinah.’ Lalu ia bertanya,’Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia bertanya,’Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?’ Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa ia (Nabi) itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya.’ Lalu ia berkata,’Apakah itu semua telah terjadi?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah al Masih ad-Dajjal dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun kampung (negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Mekkah dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan disetiap celahnya terdapat malaikat yang menjaganya.
Ia (Fathimah, si perawi hadits) berkata,”Rasulullah saw bersabda sambil menghentakkan tongkatnya diatas mimbar,”Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah menyampaikan kepada kalian tentang hal itu?” Orang-orang (para sahabat) menjawab,”Benar.’ Beliau saw berkata,”Saya tertarik dengan apa-apa yang dikatakan oleh Tamim ad Dari, karena ia bersesuaian dengan apa-apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Mekkah. Bukankah ia (tempat dajal) terletak di laut Syam atau laut Yaman?” Dimana Rasulullah saw mengisayaratkan tangannya kearah timur. Ia (Fathimah) berkata,”Hal ini saya hafalkan dari Rasulullah saw.” (Shahih Muslim, 5235, Sunan Tirmdzi 2179, Musnad Ahmad 26083)

Kita tahu berdasarkan hadits ini bahwa ketika Dajjal dilepaskan, dia akan memulai misinya di pulau tersebut. Pulau tersebut adalah Negara Inggris Raya.
Pada tahun 1917, Menteri Luar Negeri Britania Raya (Kerajaan Inggris), Arthur James Balfour, mengirimkan surat kepada Lord Rothschild (Walter Rothschild dan Baron Rothschild), pemimpin komunitas Yahudi Inggris, agar dikirimkan kepada Federasi Zionist (Gerakan Zionist). Surat ini kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Surat itu menyatakan bahwa pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana Zionis di Tanah Suci bagi Yahudi di Palestina.
Pada tahun 1919, Palestina ditaklukkan oleh Tentara Inggris yang dipimpin oleh Jend Edmund Allenby. Dengan demikian, Inggris telah menguasai Tanah Suci dan menguasainya dari tahun 1919 sampai 1948.
Oleh karena itu, ketika dajjal berada dalam ‘sehari seperti setahun’, melalui Inggris (Pax Britanica), dajjal berhasil menyelesaikan beberapa misinya, yakni membebaskan Tanah Suci dari kekuasaan bangsa non-Yahudi (Khilafah Utsmaniyah), membawa kembali Bani Israel ke Tanah Suci dan mendirikan Negara Israel pada tahun 1948. Tiga misi telah berhasil diselesaikan Dajjal.
Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa ‘sehari seperti setahun’, dajjal menjalankan misinya melalui Inggris (Pax Britanica). Lantas, di mana dajjal menjalankan misinya ketika ‘sehari seperti sebulan’ ?
Jawabannya adalah Amerika Serikat, yang tiba-tiba menjadi sekutu kuat bagi Israel saat ini. Kini dajjal tidak lagi berada dalam negara Inggris, namun berada dalam negara Amerika Serikat.
Negara Amerika Serikat menjadi negara superpower setelah berhasil menjadi pemenang mutlak Perang Dunia I dan Perang Dunia II, dan menjadi pahlawan bagi Inggris, karena Inggris hampir dikalahkan oleh Jerman, ketika Kapal Selam (Submarines) Jerman yang muncul secara mengejutkan dan mengepung pulau Inggris. Tidak hanya itu, dengan dibentuknya Sistem Bretton Woods, Amerika Serikat makin bertambah kuat karena mata uang USDollar dijadikan sebagai uang perdagangan Internasional (Hard Currency).
Lalu, setelah dajjal berada dalam negara Amerika Serikat (Pax Americana), yakni ‘sehari seperti sebulan’, di manakah dajjal melakukan misinya ketika ‘sehari seperti seminggu’ ? apakah China ? Russia ? India ? Iran ?, tidaak!
Jawabannya adalah Negara Israel (Pax Judaica). Oleh karena itu, dajjal harus membuat Negara Israel menjadi negara superpower menggantikan Amerika Serikat. Namun, kekuasaan Negara Israel saat itu tidak akan bertahan lama, hanya dalam waktu singkat.
Namun, tampak bahwa Negara Israel hendak menjadi negara superpower dengan terbongkarnya rahasia bahwa Israel memiliki senjata nuklir sebanyak 200 hulu ledak. Untuk menjadi negara superpower tidak cukup hanya dengan memiliki senjata mematikan, namun Negara Israel harus menguasai Sistem Moneter Internasional. Di mana sebelumnya Inggris menjadi pusat finansial dunia yang berada di kota London, sedangkan Amerika Serikat menjadi pusat finansial dunia yang berada di kota Washington dan New York. Inggris dan Amerika serikat menguasai finansial dunia dengan menciptakan uang yang sejatinya terbuat dari hampa udara alias kertas, yang merupakan penipuan terbesar sepanjang sejarah dunia.

Lalu, bagaimana caranya Negara Israel menguasai finansial dunia ? Jawabannya adalah dengan menciptakan sebuah sistem moneter berbasis eloktronik, dan menggantikan uang kertaas. Yaah, mereka sudah melakukannya dalam tingkatan internasional (skala besar), namun belum memberlakukan kepada tingkatan masyarakat (skala kecil).
Ketika Negara Israel berhasil menjadi negara superpower dan menguasai keuangan dunia, di saat itulah Imam Mahdi muncul. Sebab, proses perpindahan kekuasaan antara Amerika Serikat (Pax Americana) ke Negara Israel (Pax Judaica), dajjal perlu menciptakan Perang Dunia Ketiga. Sebagaimana perpindahan kekuasaan dari Inggris (Pax Britanica) ke Amerika Serikat (Pax Americana) terjadi ketika Perang Dunia 1 dan 2 terjadi.
Namun, seperti apa wujud dajjal ? dalam hadits:

Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah saw bersabda: “...sesungguhnya dajjal itu buta sebelah sedang Allah tidak buta sebelah” (Shahih Bukhari, 6594)

Hudzaifah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Dajjal, buta mata sebelah kanan, berambut ikal, bersamanya ada surga dan neraka, nerakanya (berpegang teguh pada Agama Allah seperti memegang bara api) adalah surga dan surganya (kesenangan dunia) adalah neraka” (Shahih Muslim, 5222) Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw bersabda: “Tertulis diantara kedua matanya (dajjal) KA FA RA, yaitu kafir, setiap mukmin (orang yang benar-benar beriman dalam hatinya dengan sungguh-sungguh mengkhayati Islam di dalam hatinya) bisa membacanya, baik yang buta huruf maupun bisa baca tulis” (Shahih Muslim 5223, Musnad Ahmad 12670, 12674, 12915, 13130)

Mata Dajjal buta sebelah kanannya, dan melihat dengan mata kirinya, mata yang mana yang buta ? · Rasulullah saw menyebutkan hanya mukmin yang bisa membaca tulisan “Kafir”, walaupun dia buta huruf. Mengapa ?

“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada” (Q.S Al Hajj, 22:46)

Jika orang mukmin bisa membaca tulisan “kafir” di dahi dajjal, walaupun buta huruf, itu artinya orang seperti Abu Jahal atau Abu Lahab tidak akan bisa membacanya, walaupun keadaan mata fisik mereka baik-baik saja.

“Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami, dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar, mereka seperti hewan ternak bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lengah” (Q.S Al-A’raaf, 7:179)

Sedangkan orang-orang mukmin memiliki “Bashirah” hingga mampu melihat dan mengenali Dajjal dengan bantuan “Nur” Allah SWT.

“Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya (kepada) orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu” (Q.S An Nuur, 24:35)

Maka, dapat kita rangkum mengenai ciri-ciri Dajjal :
Seorang laki-laki Yahudi muda, berbadan kekar, berkulit kemerah-merahan, kakinya bengkok, rambutnya keriting, mata kanannya buta (mata hati), ada kata “Kafir” di antara kedua matanya (sifatnya yang kafir), dan tidak beranak.
Sebagaimana yang disampaikan Sheikh Imran Nazar Hosein, Dajjal memerintahkan pengikutnya dari dimensi lain melalui bisikan Setan.

“dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusi ” (Q.S An Naas, 114:4-6) ·

Pertanyaan selanjutnya, melalui siapa (kaki-tangan) Dajjal melancarkan tipu dayanya sementara dia masih berada dalam dimensi lain ? Siapa mereka ?  

Sumber:  Buku, Sheikh Imran N. Hosein – Yerusalem dalam Al-Qur’an Tentang Al Masih Ad Dajjal | http://kampungmuslim.org/tentang-al-masih-ad-dajjal/
Sheikh Imran N. Hosein - Dajjal Al-Masih | https://www.youtube.com/watch?v=cm05awZ63a8
Sheikh Imran N. Hosein - Dajjal dan Simbolisme | https://www.youtube.com/watch?v=H0MxCMDI3is


GOG MAGOG     

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.